Bulan yang baik hati..
Kamu adalah ciptaan yang paling setia dan rendah hati. Terima kasih karena dengan adanya satu hal baik seperti kamu di tengah dunia ini, manusia tidak perlu merasakan derita gelapnya malam. Kamu yang sebaik hati itu, pasti merasakan kesenangan tak terkira karena selalu dibutuhkan setiap malam, bisa membantu seluruh makhluk hidup ketika mereka melewati masa-masa yang paling gelap dalam hidup mereka, yaitu ketika mereka ditinggalkan oleh matahari. Matahari yang selalu diagung-agungkan sebagai si sumber kehidupan, sehingga ia begitu tinggi hati dan pergi meninggalkan kita setiap hari. Tidak pernah ada seharipun dimana ia tidak pergi. Ia selalu pergi. Kami selalu ditinggalkannya. Tapi bagi kami ia tetap penting. Justru karena kami tau suatu saat ia akan pergi, kami begitu menghargai cahayanya. Tapi kamu tak pernah pergi, selalu menjaga kami, berjaga-jaga agar begitu matahari pergi kami tidak sedetikpun mengalami kegelapan total.
Kamu tidak sekuat matahari. Matahari dapat memproduksi sendiri cahayanya, without any effort. Sedangkan cahayamu adalah hasil dari kasih sayang. Kamu yang tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi cahaya, Kami tidak dapat membayangkan seberapa keras usahamu, sehingga kamu yang tidak dianugrahi kemampuan membuat cahaya, dapat bercahaya seindah itu. Untuk kami yang jarang bersyukur ini. Kami yang melupakan kehadiranmu saat datangnya matahari.
Jangan pernah tanyakan mengapa kami begitu mencintai matahari. Padahal memandangnya tidak pernah seindah memandangmu. Mata kami mungkin sakit bahkan sampai buta apabila terlalu lama menatapnya. Sedangkan menatapmu merupakan suatu keindahan saat kami sulit terlelap.
Bulan..
Aku memahami perasaan itu. Karena apa yang kau alami, sekarang ku alami. Perasaan senang dibutuhkan setiap malam, dan ditelantarkan saat matahari terbit.
Bulan..
Apakah terlalu rakus bagi kita untuk berharap, ada yang menyadari bahwa pada siang hari pun bulan tidak pernah pergi. Hanya tertutup oleh silaunya cahaya sang matahari.
No comments:
Post a Comment